Contak Person

Minggu, 08 Januari 2012

Mengejar Ketertinggalan


Bukan menjadi rahasia lagi, kalau bangsa kita (Bangsa Indonesia) tertinggal jauh dari bangsa-bangsa lain, yang utama dan terutama dibidang Technologi, hampir disemua aspek technologi kita tertinggal,. Padahal maju atau belum majunya suatu bangsa tolok ukur pertama dan yang utama adalah dalam hal penguasaan technologi, yang bisa diartikan juga "kepemilikan technologi". Kita tidak bisa menyangkal kenyataan ini!

Gedung betingkat
Mungkin sebagian dari kita beranggapan bahwa negara kita adalah negara maju atau negara yang sudah maju. Sebagai tolok ukurnya adalah dengan banyak berdirinya gedung-gedung pencakar langit yang tumbuh pesat di kota-kota diseluruh Indonesia, terutama Ibukota Jakarta, mall-mall yang bertebaran dimana-mana bak jamur yang tumbuh dimusim hujan, mobil-mobil baru  yang berkeliaran dimana-mana bak air bah yang ditumpahkan dari langit. Atau mungkin juga banyak berseliweran orang-orang yang berdandan dan bergaya ala Eropa dan Amerika yang memenuhi mall-mall, diskotik-diskotik, bar-bar atau tempat-tempat hiburan yang lainnya.

Pabrik motor HONDA
Mungkin juga sebagian dari kita beralasan bahwa kita sudah menguasai teknologi. Sebagai dasar alasannya adalah banyak berdirinya pabrik-pabrik yang mengunakan teknologi modern, banyak diproduksinya barang-barang berteknologi tinggi di negara kita, seperti barang-barang elektronik yang ada dimana-mana mulai dari Mobil, motor, tv, kulkas, audio-vidio, handphone, komputer, dll. yang kesemuanya itu adalah diantara gambaran dari negara atau masyarakat yang sudah maju. Bisa jadi kesemuanya itu benar, dan bisa dijadikan pembenaran. Apakah kenyataan-kenyataan tersebut bisa dijadikan bukti untuk mengatakan bahwa bangsa kita sudah maju. Bisa jadi ya buat orang-orang kalangan tertentu, tapi tidak buat sebagian orang lain. Tentunya masing-masing mempunyai alasannya sendiri.

Notebook
Terlepas dari semua alasan diatas, diantara kita sering saling bertanya mengenai produk-produk berteknologi yang dimilikinya tentang "Barang yang kamu miliki itu buatan mana?" tentu jawabannya tak jauh dari " buatan China, Jepang, Amerika atau negara-negara produsen lainnya", hampir tak pernah dari mereka semua itu menjawab buatan Indonesia. Hal ini jelas-jelas bisa kita jadikan patokan atau acuan untuk melihat dan memposisikan negeri/bangsa kita diantara negara-negara yang menguasai dan memiliki teknologi. Dari cuplikan pembicaraan tersebut apakah masih bisa kita mengatakan kalau bangsa kita sudah maju.

Gedung/pabrik sedang dibangun
Sebagian besar dari kita pasti menyadari kalau pabrik-pabrik yang sudah berdiri, yang sedang dibangun atau yang akan dibangun kepemilikannya hampir-hampir dimiliki orang asing, apakah itu Jepang, China, Amerika, Jerman, Belanda, Prancis, bahkan sampai-sampai  Malaysia. Kita bisa bertanya, "Mana yang punya orang kita?", hampir-hampir kita tak bisa menjawab. Itulah realita, itulah yang nyata yang kita lihat, kita bicarakan tapi sayang tidak pernah kita pikirkan secara mendalam. Ataukah kita sudah bosan memikirkannya, karena kita hampir-hampir tak pernah menemukan atau mendapatkan jawabannya, sehingga kita menjadi manusia yang tak ambil perduli dengan kesemuanya itu. Bisa jadi begitulah!

Pabrik lokal
Apakah gedung-gedung pencakar langit yang banyak tumbuh terutama di Ibukota Jakarta, dan mall-mall yang sedang menjamur dimiliki oleh orang kita, orang pribumi (orang Indonesia), yang nenek moyangnya telah menumpahkan darah untuk kemerdekaan   Indonesia, untuk kemerdekaan anak cucunya. Jawabannya hampir dapat dipastikan sedikit atau sangat sedikit yang dimiliki oleh orang  pribumi. Itulah realita, itulah yang nyata kita lihat. Apakah kita bisa mengatakan kalau Indonesia sudah merdeka? bisa dijawab "ya", tapi untuk para pendahulu kita, kakek nenek kita, nenek moyang kita, yang telah dijajah ratusan tahun lamanya. Sekarang giliran kita !

Barack Obama
Penjajahan sepertinya tidak akan lenyap dari muka bumi. Penjajahan akan terus dilakukan oleh umat manusia sampai kapanpun. Akan tetapi yang namanya penjajah seperti binatang "bunglon" yang senantiasa berubah bentuk dimana dia berada, dimana jaman berubah diapun juga berubah. Yang namanya perilaku suatu bangsa atau kaum yang membuat bangsa atau kaum lain tertindas, dibuat tak berdaya, mudah diatur/dikendalikan sesuai kemauan bangsa tersebut itulah penjajahan. Jadi kesimpulannya kita sekarang dijajah kembali oleh para penjajah, kita dikeroyok oleh para penjajah, mereka sangat kuat-kuat. Senjata mereka bukan lagi pistol atau meriam, akan tetapi senjata mereka lebih mutakhir dari itu semua, yaitu "Technologi" yang menjadikan mereka raksasa "Ekonomi" yang menggilas dan membuat tak berdaya negeri-negeri liliput. Mereka melahirkan yang namanya "Globalisasi" dan "Pasar Bebas" dengan landasan "Tatanan Dunia Baru". Itu semua adalah ide-ide mereka, taktik dan siasatnya untuk lebih membuat negeri jajahan lebih tak berdaya.

Produk yang membanjiri
Senjata-senjata baru mereka memuntahkan amunisi-amunisi yang dampaknya sangat dahyat, lebih dahyat dari "Bom". Kalau bom bisa membuat orang bisa langsung mati, akan tetapi amunisi-amunisi baru mereka membuat manusia mati perlahan-lahan. Amunisi mereka berupa produk-produk berteknologi, yang membanjiri negeri ini, yang menyedot sumber-sumber kekuatan ekonomi, sebagian besar rakyat merasakan dampaknya. Perlahan tapi pasti kemiskinan dan pemiskinan sebagai akibatnya, kesulitan dan kesusahan yang berujung pada penderitaan, dan kematian terjadi perlahan-lahan.

Kejar teknologi
Tak ada lagi yang bisa kita lakukan, kecuali mengejar dan mengejar ketertinggalan, keterbelakangan dan kemunduran teknologi. Kita dikatakan tertinggal karena mereka telah maju pesat kedepan, dikatakan terbelakang karena kita hanya bisa sebagai pemakai/pengguna, dikatakan mundur karena  kita pernah akan maju. Itu semua terjadi dikarenakan sistem pendidikan, dan tata cara kelola pendidikan yang kurang memberikan arah. Bahkan bisa jadi bermaksud ingin mengejar tapi malah kesandung atau bahkan terjatuh, karena kesalahan-kesalahan yang tidak disadarinya.

Pemalas, sadarlah!
Yang penting dan terpenting adalah kita harus cepat menyadarinya, kita harus cepat mengkoreksi kesalahan-kesalahan yang selama ini kita lakukan. Tak mungkin tak ada kesalahan karena akibat dari semua itu sangat kita rasakan. Generasi bangsa yang sekarang ini sebagai tolok ukurnya. Mereka hanya bisa menjadi objek perindustrian, mereka sehabis lulus sekolah  mencari-cari kerja karena dibenak pikirannya selama menempuh pendidikan hanya diberi gambaran tentang pekerjaan-pekerjaan bagus yang siap menantinya  kalau pintar di sekolah. Hal yang demikian itu membentuk generasi-generasi yang menggantungkan pada lapangan-lapangan kerja yang ada. Sementara itu lapangan kerja yang ada sangat terbatas bila dibandingkan dengan jumlah lulusan yang ada tiap tahunnya, dan pengangguran yang meluas sebagai dampaknya.

Lembaga-lembaga pendidikan yang begitu banyak dan menjamur di Bumi Nusantara ini sangat diharapkan oleh masyarakat untuk memberikan layanan pendidikan yang berorientasi ke arah kemandirian yang dilandasi atas kreatifitas dalam proses ajar mengajar di bangku sekolah atau kuliah yang dilakukan oleh para guru dan dosen yang tentunya juga kreatif, serta memiliki rasa tanggung jawab atas masa depan anak didiknya. Dan kepentingan bisnis seharusnya dijadikan tujuan kedua setelah kewajiban utamanya memberikan pendidikan yang sebaik-baiknya. Begitulah idealnya sebuah lembaga pendidikan di negeri ini, supaya ketertinggalan, keterbelakangan, dan kemunduran teknologi dapat teratasi.

Prof.Dr.Ing. BJ. Habibie
Sumberdaya-sumberdaya generasi yang baiklah yang diharapkan oleh bangsa ini untuk mengelola sumber-sumber alam yang melimpah ruah, dan tersebar disepenjuru negeri ini, dari sabang sampai merauke. Bukannya orang-orang asing yang mengelola dan yang menguasainya, kita hanya mendapatkan ala kadarnya seperti yang selama ini terjadi. Seharusnyalah kita menghargai perjuangan para nenekmoyang kita yang telah berjuang membebaskan negeri ini dari cengkeraman orang asing (penjajah) yang telah menyedot sumber alam yang ada selama ratusan tahun. Haruskah kita menyerahkan kembali sumber-sumber alam yang selama ratusan tahun dijarah oleh orang-orang asing, hanya dengan alasan kita tak bisa mengelolanya, karena alasan tak punya teknologi. Sampai kapan ini terjadi!

Kuliah praktek mhs. TECHNO
Techno Informatika adalah sebuah lembaga pendidikan, diantara ribuan lembaga pendidikan yang ada di negeri ini yang berusaha ikut membantu memberikan solusi pendidikan yang berorientasi kepada penguasaan teknologi, khususnya teknologi informatika. Kami mengedepankan praktek-praktek langsung untuk memudahkan dalam penguasaannya. Teori-teori bukanlah tidak penting, akan tetapi teori diberikan atau diselipkan selagi praktek berlangsung yang diharapkan akan lebih tertanam dalam benak pikiran para mahasiswa. Dengan landasan pengajaran yang berlanjut bila suatu materi telah dikuasai, dalam pengertian setelah suatu materi dipahami dan dikuasai baru kemudian ganti/pindah ke materi berikutnya. Dengan harapan para siswa/mahasiswa akan lebih matang dalam penguasaannya.

Kuliah praktek mhs. TECHNO
Techno Informatika sementara hanya mengkhususkan bidang pendidikan program 1 tahun (D1) dan kursus-kursus komputer untuk membantu masyarakat yang ingin mendapatkan ketrampilan secara relatif cepat dan handal dalam penguasaannya. Akan tetapi kami juga berencana untuk membuka program-program dengan jenjang pendidikan 3 tahun (D3), agar kami juga bisa memberikan sumbangsih yang lebih besar kepada bangsa ini. Dengan semboyan "Berlomba-lomba dalam melakukan kebaikan" kami bersama-sama lembaga lain yang sudah ada untuk mewujudkan negeri yang mandiri dan berdikari, sehingga judul tulisan ini "Mengejar Ketertinggalan" bisa terwujud, biarpun perlahan-lahan tapi pasti. Kata pepatah Jawa "alon-alon asal kelakon".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar